Endapan Mineral Bab I dan II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan
negara kepulauan yang kaya akan kekayaan alamnya, baik yang bisa diperbaharui
maupun tidak diperbaharui. Indonesia dipengaruhi kontrol tektonik yang
bermacam-macam sehingga disetiap daerahnya memiliki keanekaragaman mineralisasi
yang banyak. Dari Sabang sampai Meurake memiliki masing-masing mineralisasi
setiap daerahnya.
Bagaimana proses perkembangan yang
berlangsung pada setiap batuan. Dimana kata Geologi
berasal dari bahasa Yunani yang memiliki dua suku kata yaitu “geo” yang berarti bumi dan “logos” yang berarti ilmu. Jadi, Geologi
dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang bumi baik komposisinya, struktur.
Dasar-dasar pembentuk Bumi ini adalah
batuan-batuan, dimana batuan itu sendiri adalah kumpulan dari mineral-mineral,
dan mineral terbentuk dari kristal-kristal. Jadi intinya, untuk dapat
mempelajari ilmu Geologi, kita harus menguasai ilmu tentang kristal. Ilmu pengetahuan
kristal yang dikembangkan untuk mempelajari tentang perkembangan dan
pertumbuhan kristal, termasuk bentuk-bentuk,struktur,sifat - sifat fisikanya dan gambar-gambar dari kristal disebut Kristalografi.
Bumi terdiri dari batuan-batuan yang disusun oleh
mineral. Di bumi ini banyak terdapat berbagai jenis mineral, sehingga mineral
sangat berpengaruh terhadap batuan dan bumi. Sebagai seorang geologist, harus dapat mengenal lebih
dalam tentang mineral, karena ilmu ini sangat membantu kita dalam
pendeskripsian suatu mineral yang akan diteliti. Oleh sebab itu, mineral perlu
dipelajari guna mengetahui pengaruhnya terhadap unsur-unsur sifat-sifat ataupun
karakteristik batuan di bumi.
Dalam
Petrologi kita mempelajari ilmu tentang geologi dari bagaimana awal mula batuan
sampai terbentuknya satu batuan maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
petrologi sangat memiliki hubungan erat dengan dunia pertambangan, dan kita
ketahui suatu batuan sangat berkaitan dengan kristalografi dan mineralogi
dimana peran mereka menjadi suatu komposi batuan dan sebagai penciri suatu
batuan ketika batuan akan dideskripsi, dan untuk mengetahu jenis – jenis magma
sebagai pembentuk mineral maupun batuan baik itu magma asam maupun basa.
Endapan mineral
merupakan suatu endapan mineral mineral ubahan baik itu logam mulia maupun
tidak, endapan mineral juga dikontrol oleh tektonik dan sangat dibawa oleh
batuan pembawa, maka dari itu syarat mempelajari endapan mineral telah
mempelajari petrologi dan kristalografi dan mineralogi. Indonesia merupakan
negara kepulauan yang kaya akan kekayaan alamnya, baik yang bisa diperbaharui
maupun tidak diperbaharui. Indonesia dipengaruhi kontrol tektonik yang
bermacam-macam sehingga disetiap daerahnya memiliki keanekaragaman mineralisasi
yang banyak.
Seiring berjalannya
waktu bermunculan disetiap daerahnya perusahaan-perusahaan yang bergerak di
bidang bijih, baik itu mencari emas, tembaga, perak, galena, dan lain-lain. Dari mineral - mineral bijih
tersebut cara keterdapatannya, pembentukanya, pengontrolnya, dan lain
sebagainya berbeda - beda tergantung dari penciri dari masing-masing mineral tersebut.
1.2. Maksud dan Tujuan
1.2.1.
Maksud
Adapun maksud dalam melakukan praktikum
endapan mineral pada semester IV adalah :
Ø Untuk mempelajari deskripsi dari berbagai mineral
secara kimia maupun fisika serta genesa mineral - mineral tersebut.
Ø Mempelajari mineral - mineral alterasi beserta
prosesnya.
Ø Mengenali Ore
mineral pada batuan beserta prosesnya.
Ø Mengenal mineral – mineral alterasi pada setiap
batuan pembawa.
1.2.2.
Tujuan
Adapun tujuan dalam melakukan praktikum
endapan mineral pada semester IV adalah
Ø Syarat untuk mengikuti laboratorium dan kuliah
pada semester selanjutnya.
Ø Dapat mengetahui endapan – endapan mineral yang
ada pada indonesia, khususnya Sumatra Utara.
Ø Agar praktikan dapat mengetahui jenis-jenis
endapan mineral dan proses pembentukan atau genesa untuk masing-masing jenis
endapan.
1.3. Aplikasi
endapan mineral pada bidang geologi
Adapun aplikasi
endapan mineral pada bidang geologi dapat diketahui sebagai berikut :
Ø Sebagai pegangan atau acuan dalam melakukan
pekerjaan dalam bidang tambang.
Ø Untuk ore mineral
pada suatu daerah yang sudah di petakan,
Ø Untuk acuan dimana kita dalam mencari logam mulia,
pada daerah yang dipetakan dan mengetahui penyebaran ore mineral, mengetahui kandungan ore mineral pada host
yang dipetakan.
Ø Untuk mengetahui batuan pembentuk ore mineral dan mengetahui zonasi-
zonasinya.
Ø Dapat menghitung cadangan ore pada lokasi yang dipetakan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Endapan
Mineral
Kebutuhan umat manusia akan mineral semakin lama semakin meningkat dan
bertambah banyak baik dalam jumlah maupun macam atau jenisnya. Hal ini
disebabkan oleh kemajuan teknologi dan penemuan-penemuan baru dalam berbagai
industri yang banyak memerlukan bahan baku mineral.
Ilmu
yang mempelajari dan membahas mengenai mineral baik yang bersifat logam maupun
non logam serta batuan dan asosiasinya didalam kulit bumi beserta cara terjadi
dan penyebarannya disebut ilmu Geologi Ekonomi. Penyebaran mineral dan batuan
tersebut menyangkut mengenai tempat terdapatnya, bentuk, ukuran, mutu, jumlah
dan kontrol geologinya.
2.2. Mineral Bijih (Ore)
Proses dan aktivitas geologi
bisa menimbulkan terbentuknya batuan dan jebakan mineral. Yang dimaksud dengan
jebakan mineral adalah endapan
bahan-bahan atau material baik berupa mineral maupun kumpulan mineral (batuan)
yang mempunyai arti ekonomis (berguna dan mengguntungkan bagi kepentingan umat
manusia).
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kemungkinan pengusahaan jebakan dalam arti ekonomis adalah :
- Bentuk jebakan
- Besar dan volume cadangan
- Kadar
- Lokasi geografis
- Biaya Pengolahannya
Dari distribusi unsur-unsur logam dan jenis-jenis
mineral yang terdapat didalam kulit bumi menunjukkan bahwa hanya beberapa unsur
logam dan mineral saja yang mempunyai persentase relative besar, karena pengaruh proses dan aktivitas geologi yang
berlangsung cukup lama, persentase unsur – unsur dan
mineral-mineral tersebut dapat bertambah banyak pada
bagian tertentu karena Proses Pengayaan, bahkan pada suatu waktu dapat
terbentuk endapan mineral yang mempunyai nilai ekonomis.
Proses pengayaan ini dapat disebabkan oleh :
- Proses Pelapukan dan transportasi
- Proses
ubahan karena pengaruh larutan sisa magma
Proses pengayaan tersebut
dapat terjadi pada kondisi geologi dan persyaratan tertentu.
Kadar minimum logam yang
mempunyai arti ekonomis nilainya jauh lebih besar daripada kadar rata-rata dalam kulit bumi. Faktor perkalian yang bisa
memperbesar kadar mineral yang kecil sehingga bisa menghasilkan kadar minimum
ekonomis yang disebut faktor pengayaan (” Enrichment
Factor” atau ”Concentration Factor”).
Dari sejumlah unsur atau mineral yang terdapat didalam kulit bumi, ternyata
hanya beberapa unsur atau mineral saja yang berbentuk unsur atau elemen tunggal
(”native element”). Sebagian besar
merupakan persenyawaan unsur-unsur daaan membentuk mineral atau asosiasi
mineral.
Mineral yang mengandung satu
jenis logam atau beberapa asosiasi logam disebut mineral logam (metallic mineral). Apabila kandungan
logamnya relatif besar dan terikat secara kimia dengan unsur lain maka mineral
tersebut disebut Mineral Bijih (ore
mineral). Yang disebut bijih atau
ore adalah material atau batuan yang terdiri dari gabungan mineral bijih dengan komponen lain
(mineral non logam) yang dapat diambil satu atau lebih logam secara ekonomis.
Apabila bijih yang diambil hanya satu jenis logam saja maka disebut single ore. Apabila yang bisa diambil
lebih dari satu jenis bijih maka disebut complex-ore.
Mineral non logam yang
dikandung oleh suatu bijih pada umumnya tidak menguntungkan bahkan biasanya
hanya mengotori saja, sehingga sering dibuang. Kadang-kadang apabila
terdapatkan dalam jumlah yang cukup banyak bisa dimanfaatkan sebagai hasil
sampingan (”by-product’), misalnya
mineral kuarsa, fluorit, garnet dan lain-lain. Mineral non logam tersebut
disebut ”gangue mineral” apabila
terdapat bersama-sama mineral logam didalam suatu batuan. Apabila terdapat
didalam endapan non logam yang ekonomis, disebut sebagai ’waste mineral”. Yang
termasuk golongan endapan mineral non
logam adalah material-material berupa padat, cairan atau gas. Material-material
tersebut bisa berbentuk mineral, batuan, persenyawaan hidrokarbon atau berupa
endapan garam. Contoh endapan ini adalah mika, batuan granit, batubara, minyak
dan gas bumi, halit dan lain-lain.
Kadar (prosentase) rata-rata
minimum ekonomis suatu logam didalam bijih disebut ”cut off grade”. Kandungan logam yang terpadat
didalam suatu bijih disebut ”tenor off
ore”. Karena kemajuan teknologi,
khususnya didalam cara-cara pemisahan logam, sering menyebabkan mineral atau
batuan yang pada mulanya tidak bernilai ekonomis bisa menjadi mineral bijih
atau bijih yang ekonomis. Jenis logam tertentu tidak selalu terdapat didalam
satu macam mineral saja, tetapi juga terdapat pada lebih dari satu macam
mineral. Misalnya logam Cu bisa terdapat pada mineral kalkosit, bornit atau
krisokola. Sebaliknya satu jenis mineral tertentu sering dapat mengandung lebih
dari satu jenis logam. Misalnya mineral Pentlandit mengandung logam nikel dan
besi. Mineral wolframit
mengandung unsur-unsur logam Ti, Mn dan Fe. Keadaan tersebut disebabkan karena
logam-logam tertentu sering terdapat bersama-sama pada jenis batuan tertentu dengan
asosiasi mineral tertentu pula, hal itu erat hubungannya dengan proses kejadian
(genesa) mineral bijih.
2.2.1.
Golongan Mineral Biji dan Metallic
mineral.
a. Bijih Silisius (Keiko) yang mengandung sulfiIda terutama
kalkopirit,
terdesssiminasi dalam batuan tersilisifikasi.
b..Bijih Kuning (Oko), terutama pirit dengan sedikit
kalkopirit dan Kuarsa.
c. Bijih hitam (Kuroko), percampuran kuat antara Sphalerite kaya besi berwarna
c. Bijih hitam (Kuroko), percampuran kuat antara Sphalerite kaya besi berwarna
gelap, galena, barite, dan sejumlah kecil
pirit dan kalkopirit ; wurzit, enargit,
tetrahidrit, markasit, serta sejumlah mineral
lainnya yang ditemukan secara
setempat dalam jumlah kecil.
d.Urat (vein) dan massa besar gipsum (sekkoko), yang saling berhubungan tetapi
dalam tubuh yang terpisah- pisah.
e.Zona stringer, kaya
kalkopirit dalam pipa- pipa bawah bijih (ryukoko)
Metallic minerals adalah Mineral yang mengandung satu
jenis logam. Apabila kandungan logamnya relative besar dan terikat secara kimia
dengan unsur lain disebut mineral bijih (ore-minerals).
Sebagian besar mineral bijih bersifat logam dan sebagian bersifat non logam (bauksit), Mineral logam
dibagi menjadi dua, yaitu logam murni dan logam campuran. Logam murni digunakan
dalam kondisi murni tanpa campuran. Contoh logam murni adalah emas, timah,
seng, dan aluminium. Biasanya kaleng minuman menggunakan aluminium murni.
Sementara kabel listrik terbuat dari tembaga murni.
2.2.2. Kegunaan
Mineral Biji.
Ø Magnetite [Fe3O4]
Magnetit adalah salah
satu mineral oksida yang paling umum dan juga salah satu mineral besi yang
paling banyak ditemukan. Magnetit merupakan bijih besi penting dan
ditemukan dalam batuan beku, metamorf dan sedimen. Sangat melimpah di batuan
sedimen.
Kegunaan: Magnetit dapat
ditambang digunakan sebagai bijih besi, dapat dijadikan amplas, mikronutrien
dalam pupuk , pigmen dalam cat, sebagai campuran dalam beton kepadatan tinggi .
Gambar 2.1. Magnetite
[Fe3O4]
Ø Pyrite [FeS2]
Pyrite adalah mineral
kuningan-kuning deng an kilap logam cerah. Ia memiliki komposisi kimia
disulfida besi (FeS2) dan merupakan yang paling umum mineral sulfida. Pyrite
terbentuk pada suhu tinggi dan dan juga rendah. Biasanya terdapat dalam batuan
beku, batuan metamorf dan sedimen di seluruh dunia.
Kegunaan:
Penggunaan yang paling penting dari pirit adalah sebagai bijih emas. Selain itu
digunakan untuk produksi industri kertas, dan dalam pembuatan asam belerang.
Gambar 2.2. Pyrite [FeS2]
Ø Galena [PbS]
Galena merupakan bijih
utama di dunia timbal dan ditambang di sejumlah banyak negara. Mineral yang
termasuk bahan galian logam bukan besi ini ditemukan dalam batuan sedimen
dan metamorf dalam lingkungan hidrotermal suhu rendah.
Kegunaan:
Sumber logam timbal atau timah hitam, penyusun baterai kendaraan hibrida.
Gambar 2.3. Galena [PbS]
2.3. Mineral Alterasi
Alterasi hidrothermal merupakan proses yang
terjadi akibat adanya reaksi antara batuan asal dengan fluida panasbumi. Batuan
hasil alterasi hidrotermal tergantung pada beberapa faktor, tetapi yang utama
adalah temperatur, tekanan, jenis batuan asal, komposisi fuida (hususnya pH)
dan lamanya reaksi (Browne, 1984).
Proses alterasi hidrotermal yang tejadi akibat adanya reaksi antara batuan
dengan air jenis klorida yang berasal dari reservoir panasbumi yang terdapat
jauh dibawah permukaan (deep chloride
water) dapat menyebabkan teriadinya pengendapan (misalnya kwarsa) dan
pertukaran elemen-elemen batuan dengan fluida, menghasilkan mineral-mineral
seperti chlorite, adularia, epidote. Air yang bersifat asam, yang terdapat pada
kedalaman yang relatif dangkal dan elevasi yang relative tinggi mengubah batuan asal menjadi mineral clay dan mineral-mineral lainnya
terlepas. Mineral hidrothernal yang dihasilkan di zona permukaan biasanya
adalah kaolin, alutlite, sulphur, residue silika dan gypsum.
Proses ubahan : proses replacement, leaching (pelarutan) dan pengendapan mineral
(pengisisan).
Dampak pada batuan : perubahan kimia, fisika dan mineral
1. Perubahan Kimia :
Perubahan kimiawi dari fluida
sehingga secara kimia terjadi penambaha unsur atau pengurangan unsur oleh
proses replacement, leaching
(pelarutan) dan pengendapan mineral
2. Perubahan fisik
a.
Densitas
Densitas
meningkat à silisifikasi
Densitas
menurun à
leaching
b. Porositas dan permeabilitas
Leaching
à
porositas / permeabilitas
Porositas
( à
densitas )
c. Magnetic Properties
Ø Batu gunungapi umumnya mengandung
sedikit magnetik dan atau titano magnetit, yang dapat menimbulkan kemagnetan.
Ø Beberapa lapisan pabum mengandung “less-magnetic mineral” seperti hematit, pirit, leucoxene,
titanit. Hal ini menyebabkan batuan reservoar menjadi “de-magnetised”
d. Resistivity
Konduktivitas batuan reservoar dipengaruhi oleh :
Ø Konsentrasi elektrolit air panas yang
dikembangkannya.
Ø Kehadiran mineral clay & zeolit di dalam matrik
Ø Hadir mineral lempung seperi : kaolin
(kaolinit, haloisit,
Ø Metahaolisit, dickit) Ca – monmorila (
smectit), ilit (K-mica), klorit. (Mineral clay merupakan mineral
hidrasi, dimana tergantung pada temperatur dan komposisi fluida (pH).
3. Perubahan Mineral
1) Pengendapan langsung
Mineral ubahan atau sekunder yang
diendapkan secara langsung dari larutan
hidrotermal pada kekar, sesar, bidang ketidakselarasan,
pori-pori, vug.
-
Kuarsa, kalsit dan anhidrit dapat diendapkan pada urat, vug.
-
Kalsit, aragonit & silika dapat diendapkan pada pipa bor sebagai scaling.
2)
Replacement
Replacement, yaitu struktur
penggantian mineral oleh mineral lain, yang
terdiri dari :
(1) Marginal (rim structure)
yaitu
bagian pinggir mineral mengalami
penggantian.
(2) Core (atoll structure) yaitu bagian inti mineral mengalami
penggantian.
(3) Selective yaitu penggantian mineral secara selektif.
(4) Relict structure yaitu struktur sisa mineral, dan
(5) Diffuse penetration yaitu penggantian mineral secara difusi.
Tabel 2.1. Perubahan mineral primer akibat replecement
Mineral primer
|
Hasil replacement
|
gelas volkanik
|
Zeolit (mordenit, laumontit)
kristobalit, kuarsa, kalsit, Ip (monmorilonit).
|
magnetik / ilmenik / titano magnetic
|
Pirit,
leucoxene, titanit, pirotit, hematit
|
piroksen
/ amfibol / olivin / biotit
|
Klorit, ilit,
kuarsa, pirit, kalsitm anhidrit
|
plagioklas Ca
|
Kalsit, albit, adularia, wairakit,
kuarsa, anhidrat, klorit, ilit, kaolin, manmorilonit, epidot
|
anortoklas / sanidin / ortoklas
|
Adularia
|
v Mineral alterasi
Karbonat : kalsit, aragonit, siderit
Sulfat : anhidrit, alunit, natroalunit, barit
Sulfida : pirit, pirotrit, markasit, sfalerit, galena,
kalkopirit
Oksida : hematit, magnetik, leukosen, diaspor
Pospat : apatit
Halit : fluorit
Silicates – Ortho - & Ring : titanit, garnetm epidot.
Silicate – sheet : ilit, biotit, pirofilit, klorit, group
kaolin,
montmorilonit, prehnite.
Silicate – framework : adularia,
albit, kuarsa, kristobalit, laumontit,
wairakit.
4)
Intensitas alterasi
Intensitas alterasi :
Persentase mineral ubahan terhadap
batuan, dibedakan atas :
- Batuan tak terubah
- Batuan terubah lemah
- Batuan terubah sedang
- Batuan terubah kuat
- Batuan terubah sangat kuat
5)
Tingkat/range alterasi
Tingkat/range
alterasi : identifikasi mineral ubahan yang
didasarkan pada kondisi bawah permukaan, menunjukan kondisi tertentu, misal tingkat alterasi petunjuk
temperatur tinggi atau permeabilitas tinggi.

Gambar 2.4.
Alterasi mineral pada berbagai temperatur
2.3.1. Pembagian Zona Alterasi
Zona alterasi ada enam,
yaitu :
1. Zona Potassic
Alterasi Potassic
relatif terjadi pada high temperature yang
merupakan hasil pengayaan Potassium. Bentuk alterasi ini bisa terbentuk
sebelum kristalisasi magma selesai, biasanya berbentuk kusutan dan agak
terputus-putus oleh pola vein. Alterasi Potassic
bisa terjadi lingkungan plutonic
dalam, dimana orthoclase akan
terbentuk, atau daerah dangkal, lingkungan vulkanik dimana adularia terbentuk.
2.
Albiti: (Albite)
Perubahan Albitic
membentuk albite atau sodic plagioclase. Hal
ini mengindikasikan keberadaan pengayaan Na. Tipe alterasi ini juga
terjadi pada high temperature. Kadang-kadang
white mica paragonite (Na-rich) bisa terbentuk juga.
3. Zona Prophyritic
Alterasi Propylitic
mengubah batuan menjadi hijau, karena mineral baru terbentuk berwarna
hijau. Mineral tersebut adalah chlorite,
actinolite dan epidote.
Mineral tersebut terbentuk dari dekomposisi Fe-Mg seperti biotite, amphibole or
pyroxene, walaupun bisa tergantikan oleh feldspar. Alterasi Propylitic relatif terjadi pada low
temperatures.
4. Zona Sericitit
Alterasi Sericitic
mengubah batuan menjadi mineral sericite, merupakan mika putih yang sangat
halus. Alterasi ini terbentuk oleh dekomposisi feldspars, sehingga
menggantikan feldspar. Di lapangan, kehadirannya pada batuan dapat dideteksi
oleh kelembutan batu, seperti yang mudah digores. Terasa berminyak ketika
mineral ini banyak, dan warna putih, kekuningan, coklat keemasan atau
kehijauan. Alterasi Sericitic
menunjukkan kondisi lowpH(acidic.
5. Zona Argillic
Alterasi Argillic
memperkenalkan beberapa variasi dari mineral lempung seperti kaolinite, smectite dan illite. Alterasi Argillic umumnya pada low
temperature dan sebagian mungkin terajadi pada kondisi atmospheric. Tanda-tanda awal
alterasi argillic adalah bleaching out (pemutihan) feldspar.
6. Zona Advance Argillic
Subkategori spesial dari alterasi argillic adalah “advanced
argillic”. Kategori ini terdiri dari kaolinite + quartz + hematite + limonite. feldspars tercuci and teralterasi menjadi sericite. Keberadaan alterasi ini
menunjukkan kondisi low pH (highly acidic). Pada higher temperatures, mineral pyrophyllite (white mica) terbentuk pada
dalam kaolinite.
2.3.2. Mineral Penciri Zona altersi
1. Zona Potassic
: Actinolit dan Biotit
2. Zona Skarn : Tremolit, Vesuvianit dan Wllastonit.
3. Zona Prophyritic : Actinolit dan epidot.
4. Zona Sericitit : Sericit
5. Zona Argillic : Kuarsa dan Siderit
6. Zona Advance Argillic : Alunit, Opalin Silika dan Tridimit.

Gambar 2.5.
Pembagian Zona Alterasi dan Keterangannya
2.3.3. Jenis Alterasi
Pada Beberapa Jenis
Fluida
1) Alterasi Fluida
Klorida
Alterasi yang umum ditemukan adalah Argillic-propylitic.
Mineral yang sering ditemukan antara lain silika, albite-adularia, illite, chloride, epidote,
zeolite, calcite, pyrite, pyrrhotite dan
base metal sulphide.
2)
Alterasi sulfat
Alterasi
yang biasa ditemukan adalah advance
argillic, dengan kaolinite, halloysite, cristobalite dan alunite sebagai diagnostik mineral. Silica residu umum ditemukan sebagai
hasil dari acid fluid activity (leach) dan ini beda dengan silika
sinter yang dihasilkan sebagai proses pengendapan bukan sebagai proses
alterasi.
3)
Alterasi Bikarbonat
Alterasi umumnya argillic (kaoline, montmorillonite) dan mordinite,
minor calcite dan silisifikasi. Endapan mineral yang sering ditemukan adalah travertine.
2.3.4. Tipe-tipe
Alterasi
Pembentukan jebakan mineral terjadi atau dikontrol oleh
proses diferensiasi magma yang juga menghasilkan komposisi batuan yang
berbeda-beda.
Konsep pembentukan jebakan oleh Niggli :
a)
Stadium Likwido Magmatis (T =
> 600), terbentuk mineral tahap awal (sedikit unsur volatilnya, yaitu
silikat) dan logam, endapannya : Jebakan
magmatis atau endapan ortomagmatik.
b)
Stadium Pegmatik-Pneumatolitik
(T = 600 -400), larutan sisa magma dgn
unsur volatil meningkat sehingga tekanan juga meningkat, membentuk endapan/jebakan pegmatik atau pneumatolitik.
c)
Stadium Hidrotermal (T = 450
-350/50), larutan sisa magma semakin encer tekanan juga menurun, membentuk endapan/jebakan hidrotermal.
1)
Tipe Endapan Ortomagmatik
Terutama berasosiasi dengan batuan
ultrabasa-basa, yaitu :
1. Kimberlite – eclogit : Diamond,
garnet
2. Peridotite – pyroxenite : cromite,
platinum metals, chrysotile
asbestos, nikel – copper sulphies
3. Norit gabbro – anorthosite : Titaniferous
magnetite, ilmenite.
2)
Tipe Endapan Pegmatik
Endapan dari sisa larutan
magma Pegmatik-pneumatolitik yang kaya /dari fase cair dengan sedikit gas H2O,
CO2, H3BO3, HCl dan HF, pada T = 600 – 550 dengan tekanan yang mulai meningkat.
Menerobos batuan sekitar dengan tekstur kasar, umum asosiasi dengan granit.
Mineral gaunge felspar, kuarsa,
muskopit. Mineral logam adalah timah, wolfram,
molibden, tungsten, bismuth, Yttrium,
thorium, dll. Struktur endapan adalah butiran kasar yang intergrwoth, comb, banded atau crustifierd dengan replacement. Kadang-kadang hadir non logam berharga adalah permata.
3)
Tipe Endapan Pneumatolitik
Terbentuk dari larutan sisa
yang kaya volatil (gas dan uap) dengan T = 550 -450. Endapan terbentuk dari
proses sulimasi volatil maupun hasil reaksi antara volatil dengan batuan yang
diterobosnya (metasomatis kontak Batemen, 1949) membentuk endapan
logam dan non logam.
Logam terbentuk dua tahap :
a)
Tahap pertama pada T tinggi
terbentuk logam Magnetit, hematit, spinel, wolframit, scheelit, kasiterit dan
martit.
b)
Tahap kedua pada T yang lebih
rendah : Arsenopirit, pirit, pirotit, sfalerit, galena dan kalkopirit.
Mineral gaunge adalah wolastonit, augit, epidot,
forsterit, skapolit, fluorit, topaz, turmalin, kalsit, dolomit, felspar,
flogopit, kuarsa. Struktur endapan dikontrol oleh struktur dan sifat batuannya,
seperti proses pengisian rekahan (cavity
filling) dan umumnya diikuti proses kristalisasi, replacement dan alterasi.
4)
Tipe Endapan Hidrotermal
Terbentuk dari larutan sisa magma yang sangat encer (kaya akan H2O, T =
350 – 100. Berdasarkan
temperatur dan kedalaman (Lindgren,
1933) dibedakan atas :
Ø Hipotermal / Porphyri deposit, T =
300 – 500 C, P 3 – 10 km.
Ø Mesotermal deposit, T = 200 – 300 C,
P 1 – 4 km.
Ø Epitermal deposit, T = 50 – 200 C, P
0.3 – 1.3 km.
Ø Teletermal deposit, T < 50, P rendah (Shallow)
Ø Xenotermal deposit,
T tinggi sampai rendah, P rendah.
![]() |
Gambar 2.6. Sistem Endapan Hidrotermal
Endapan hidrotermal banyak menghasilkan
mineral-mineral logam (epitermal dan porfiri), terutama pada magma seri
kalk-alkali dan alkali.
Pembagian endapan logam dibedakan atas :
1.
Logam mulia → Au, Ag, kelompok Pt (PGM, platinum
group metals).
2.
Logam bukan besi → Cu, Pb, Zn, Sn, Al (empat yang
pertama dikenal dengan istilah logam dasar, base-metals).
3.
Besi dan logam campurannya → Fe, Mn, Ni, Cr, Mo, W,
V, dan Co.
4.
Logam jarang → Sb, As, Be, Cd, Mg, Hg, REE, Se, Ta,
Te, Ti, Zr, dll.
5.
Logam fisi (membelah) → U, Th (Ra).
Untuk membentuk logam yang ekonomis dibutuhkan
minimal 3x sirkulasi hidrotermal atau berumur 1 juta tahun. Sebagai contoh tipe
endapan porfiri Freeport 4 x intrusi, Batu Hijau 3x dan Bangka-Belitung 5x
intrusi, Selogiri 2x.
2.3.5. Klasifikasi Endapan Mineral.
Endapan Mineral (Mineral Deposit) Dasar-dasar Endapan
Mineral Pengertian Batuan yang mengandung satu atau lebih mineral logam (metallic mineral) yang akan memiliki
nilai ekonomis jika ditambang dinamakan Ore
Mineral atau mineral bijih. Suatu endapan dikatakan bijih sebenarnya dilihat
dari nilai ekonomisnya, bila harga pengolahan dan harga pasaran berfluktuasi,
suatu saat endapan mineral dikatakan sebagai bijih dan di saat lain bukan lagi.
Pada saat ekstraksi didapatkan bahan logam dan juga bahan limbah (gangue) yang tidak memiliki nilai
ekonomis. Proses ekstraksi tersebut menghasilkan timbunan limbah (tailing). Suatu endapan mineral akan
terbentuk oleh serangkaian proses yang mengubah kondisi suatu batuan menjadi
suatu endapan dengan kandungan mineral bijih yang disebut proses ubahan (alteration). Proses tersebut akan
menghasilkan mineral logam (metalic
mineral) dan mineral ubahan (alteration
mineral), struktur serta tekstur batuan yang berubah karenanya. Kebanyakan
bijih di dunia ini yang ditambang adalah berasal dari mineral bijih yang
diendapkan oleh larutan hidrotermal. Asal larutan hidrotermal masih sulit
dipecahkan. Beberapa larutan berasal dari pelepasan air yang terkandung dalam
magma saat magma naik dan mendingin. Lainnya berasal dari air meteoric atau air
laut yang bersirkulasi dalam kerak. Endapan mineral yang terbentuk oleh air
laut yang terpanaskan aktifitas vulkanisme, dan endapannya berbentuk senyawa sulfide, yang dinamakan volcanogenic massive sulfide deposits.
1.
Tipe Endapan Ortomagmatik
Terutama berasosiasi
dengan batuan ultrabasa - basa, yaitu :
a. Kimberlite – eclogit : Diamond, garnet
b. Peridotite - pyroxenite : cromite, platinum metals, chrysotile
asbestos,
nikel – copper
sulphies
a.
Norit gabbro – anorthosite : Titaniferous magnetite, ilmenite, native
copper
2. Tipe Endapan Pegmatik
Endapan dari sisa
larutan magma Pegmatik - pneumatolitik
yang kaya atau dari fase cair dengan sedikit gas H2O, CO2,
H3BO3, HCl dan HF, pada T = 600 – 550 dengan tekanan yang
mulai meningkat. Menerobos batuan sekitar dengan tekstur kasar, umum asosiasi
dengan granit. Mineral gaunge felspar, kuarsa, muskopit. Mineral logam
adalah timah, wolfram, molibden,
tungsten, bismuth, Yttrium, thorium, dll. Struktur endapan adalah butiran
kasar yang intergrwoth, comb, banded atau crustifierd dengan replacement.
Kadang-kadang hadir non logam berharga adalah permata.
3.
Tipe Endapan Pneumatolitik
Terbentuk dari larutan sisa
yang kaya volatil (gas dan uap) dengan T = 550 -450. Endapan terbentuk dari
proses sulimasi volatil maupun hasil reaksi antara volatil dengan batuan yang
diterobosnya (metasomatis kontak Batemen,
1949) membentuk endapan logam dan non logam.
Logam terbentuk dua tahap :
a.
Tahap pertama pada T tinggi
terbentuk logam Magnetit, hematit, spinel, wolframit, scheelit, kasiterit dan
martit.
b.
Tahap kedua pada T yang lebih
rendah : Arsenopirit, pirit, pirotit, sfalerit, galena dan kalkopirit.
Mineral gaunge adalah wolastonit, augit, epidot,
forsterit, skapolit, fluorit, topaz, turmalin, kalsit, dolomit, felspar,
flogopit, kuarsa. Struktur endapan dikontrol oleh struktur dan sifat batuannya,
seperti proses pengisian rekahan (cavity
filling) dan umumnya diikuti proses kristalisasi, replacement dan alterasi.
4.
Tipe Endapan Hidrotermal
Terbentuk
dari larutan sisa magma yang sangat encer (kaya akan H2O, T = 350 – 100. Berdasarkan temperatur dan
kedalaman (Lindgren, 1933) dibedakan atas :
Ø Hipotermal atau Porphyri deposit, T
= 300 – 500 C, P 3 – 10 km.
Ø Mesotermal deposit, T = 200 – 300 C,
P 1 – 4 km.
Ø Epitermal deposit, T = 50 – 200 C, P
0.3 – 1.3 km.
Ø Teletermal deposit, T < 50, P rendah (Shallow)
Ø Xenotermal deposit, T tinggi sampai
rendah, P rendah
Komentar
Posting Komentar