Makalah Geologi Batubara
TUGAS
TEKNIK KOMUNIKASI GEOLOGI
“BATUBARA”
DI
S
U
S
U
N
OLEH :
SAYED YAHYA H. A
16307015

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT TEKNOLOGI MIERAL
2018
BAB I
PENDAHULUUAN
1.
LATAR BELAKANG
Batu
bara adalah salah satu bahan bakar
fosil. Pengertian umumnya adalah batuan
sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah
sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.
Batu
bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang
kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk.
Salah
satu jenis bahan bakar yang melimpah di dunia adalah batubara. Pembakaran
batubara merupakan metode pemanfaatan batubara yang telah sekian lama
dilakukan. Masalah yang muncul sebgai akibat pembakaran langsung batubara
adalah emisi gas sulfur dioksida. Sulfur yang terdapat dalam batubara perlu
disingkirkan karena sulfur dapat menyebabkan sejumlah dampak negatif bagi
lingkungan.
Menurut
Fariz Tirasonjaya yang dikutip di batu bara Indonesia.com
(www.batubara-indonesia.com) batubara adalah batuan yang mudah terbakar yang
lebih dari 50% -70% berat volumenya merupakan bahan organik yang merupakan
material karbonan termasuk inherent moisture. Bahan organik utamanya yaitu
tumbuhan yang dapat berupa jejak kulit pohon, daun, akar, struktur kayu, spora,
polen, damar, dan lainlain. Selanjutnya bahan organik tersebut mengalami
berbagai tingkat pembusukan (dekomposisi) sehingga menyebabkan perubahan
sifat-sifat fisik maupun kimia baik sebelum ataupun sesudah tertutup oleh
endapan lainnya.
Batu
bara memberikan kontribusi terhadap pergerakan ekonomi di Indonesia. Menurut
Mashud Toarik dari majalah Investor bulan April 2011, pertambangan batu bara
punya arti sangat penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Bukan hanya
sebagai salah satu sumber penerimaan negara dalam bentuk pajak maupun royalti,
tetapi juga sebagai pemasok energi primer
2.
RUMUSAN MASALAH
Adapun yang ingin di bahas
antara lain :
1.
Proses
pembentukan batubara
2.
Macam-macam Jenis dan
Kualitas Batubara
3.
Kegunaan batubara
3.
TUJUAN
Tujuan dari penyusunan
Karya Tulis Ilmiah sederhana ini . saya harap pembaca dapat menambah
pengetahuan tentang batubara, memperoleh
pengalaman penulis dalam penulisan karya ilmiah.
4.
MANFAAT
Dari pembahasan ini
diharapakan :
1. Agar
mengetahui apa itu batubara.
2. Mengerti
jenis-jenis batubara.
3. Memahami
manfaat batubara bagi manusia.
4. Memahami
pengertian batubara.
5.
METODE
Metodologi
penulis adalah dari hasil membaca buku dan pengumpulan data dari internet
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
1.
Proses pembentukan atau
terjadinya batubara
Ada 2 teori yang menerangkan terjadinya batubara yaitu :
Teori In-situ : Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang
berasal dari hutan dimana batubara tersebut terbentuk. Batubara yang terbentuk
sesuai dengan teori in-situ biasanya terjadi di hutan basah dan berawa,
sehingga pohon-pohon di hutan tersebut pada saat mati dan roboh, langsung
tenggelam ke dalam rawa tersebut, dan sisa tumbuhan tersebut tidak mengalami
pembusukan secara sempurna, dan akhirnya menjadi fosil tumbuhan yang membentuk
sedimen organik.
Teori Drift : Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang
berasal dari hutan yang bukan di tempat dimana batubara tersebut
terbentuk. Batubara yang terbentuk sesuai dengan teori drift biasanya
terjadi di delta-delta, mempunyai ciri-ciri lapisan batubara tipis, tidak
menerus (splitting), banyak lapisannya (multiple seam), banyak pengotor
(kandungan abu cenderung tinggi). Proses pembentukan batubara terdiri dari
dua tahap yaitu tahap biokimia (penggambutan) dan tahap geokimia
(pembatubaraan).
Tahap penggambutan (peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa
tumbuhan yang terakumulasi tersimpan dalam kondisi bebas oksigen (anaerobik) di
daerah rawa dengan sistem pengeringan yang buruk dan selalu tergenang air pada
kedalaman 0,5 - -[10 meter. Material tumbuhan yang busuk ini melepaskan unsur
H, N, O, dan C dalam bentuk senyawa CO2, H2O, dan NH3 untuk menjadi humus.
Selanjutnya oleh bakteri anaerobik dan fungi diubah menjadi gambut (Stach,
1982, op cit Susilawati 1992).
Tahap pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses biologi, kimia,
dan fisika yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari sedimen yang
menutupinya, temperatur, tekanan, dan waktu terhadap komponen organik dari
gambut (Stach, 1982, op cit Susilawati 1992). Pada tahap ini prosentase karbon
akan meningkat, sedangkan prosentase hidrogen dan oksigen akan berkurang
(Fischer, 1927, op cit Susilawati 1992). Proses ini akan menghasilkan batubara
dalam berbagai tingkat kematangan material organiknya mulai dari lignit, sub
bituminus, bituminus, semi antrasit, antrasit, hingga meta antrasit.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi proses pembetukan batubara yaitu:
umur, suhu dan tekanan.
Mutu endapan batubara juga ditentukan oleh suhu, tekanan serta lama
waktu pembentukan, yang disebut sebagai 'maturitas organik. Pembentukan
batubara dimulai sejak periode pembentukan Karbon (Carboniferous Period)
dikenal sebagai zaman batubara pertama yang berlangsung antara 360 juta sampai
290 juta tahun yang lalu. Proses awalnya, endapan tumbuhan berubah menjadi
gambut/peat (C60H6O34) yang selanjutnya berubah menjadi batubara muda (lignite)
atau disebut pula batubara coklat (brown coal). Batubara muda adalah batubara
dengan jenis maturitas organik rendah.
Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama
jutaan tahun, maka batubara muda akan mengalami perubahan yang secara bertahap
menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda menjadi batubara
sub-bituminus (sub-bituminous). Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung
hingga batubara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam sehingga membentuk
bituminus (bituminous) atau antrasit (anthracite). Dalam kondisi yang tepat,
peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga
membentuk antrasit.
Dalam proses pembatubaraan, maturitas organik sebenarnya menggambarkan
perubahan konsentrasi dari setiap unsur utama pembentuk batubara.
Berikut ini ditunjukkan tahapan pembatubaraan :
Ø Tahap
Pertama : Pembentukan gambut
Iklim bumi selama zaman
batubara adalah tropis dan berjenis-jenis tumbuh-tumbuhan subur di daerah rawa
membentuk suatu hutan tropis. Setelah banyak tumbuhan yang mati dan menumpuk di
atas tanah, tumpukan itu semakin lama semakin tebal menyebabkan bagian dasar
dari rawa turun secara perlahan-lahan dan material tetumbuhan tersebut
diuraikan oleh bakteri dan jamur. Tahap ini merupakn tahap awal dari rangkaian
pembentukan batubara yang ditandai oleh reaksi biokimia yang luas. Selama
proses penguraian tersebut, protein, kanji, dan selulosa mengalami penguraian
lebih cepat bila dibandingkan dengan penguraian material kayu (lignin) dan
bagian tetumbuhan yang berlilin (kulit ari daun, dinding spora, dan tepung
sari). Karena itulah dalam batubara yang muda masih terdapat ranting, daun,
spora, bijih, dan resin, sebagai sisa tumbuhan. Bagian-bagian tumbuhan itu
terurai di bawah kondisi aerob menjadi karbon dioksida, air dan amoniak, serta
dipengaruhi oleh iklim. Proses ini disebut proses pembentukan humus dan
sebagai hasilnya adalah gambut.
Ø Tahap
Kedua : Pembentukan lignit
Proses terbentuknya
gambut berlangsung tanpa menutupi endapan gambut tersebut. Di bawah kondisi
yang asam, dengan di bebaskannya H2O, CH4, dan sedikit CO2. Terbentuklah
material dengan rumus C65H4O30 yang pada keadaan kering akan mengandung
karbon 61,7%, hidrogen 0,3% dan oksigen 38%.
Dengan berubahnya
topograpi daerah di sekelilingnya, gambut menjadi terkubur di bawah lapisan
lanau (silt ) dan pasir yang diendapkan oleh sungai dan rawa. Semakin
dalam terkubur, semakin bertambah timbunan sedimen yang menghimpitnya.
Sehingga tekanan pada lapisan gambut bertambah serta suhu naik dengan jelas.
Tahap ini merupakan
tahap kedua dari proses penbentukan batubara atau yang disebut
Tahap metamorfik.
Penutupan rawa gambut
memberikan kesempatan pada bakteri untuk aktif dan penguraian dalam kondisi basa
menyebabkan dibebaskannya CO2, sehingga kandungan hidrogen dan karbon
bertambah. Tahap kedua dari proses pembentukan batubara ini adalah tahap
pembentukan lignit, yaitu batubara rank rendah yang mempunyai rumus
perkiraan C79H5,5O14,1. dalam keadaan kering, lignit mengandung karbon 80,4%,
hidrogen 0,5%, dan oksigen 19,1%.
Ø Tahap
Ketiga : Pembentukan Batubara Subbitumen
Tahap selanjutnya dari
proses pembentukan batubara ialah pengubahan batubara
bitumen rank rendah menjadi batubara bitumen rank pertengahan
dan rank tinggi. Selama tahap ketiga, kandungan hidrogen akan tetap konstan dan
oksigen turun. Tahap ini merupakan tahap pembentukan batubara subbitumen
(sub-bituminous coal).
Ø Tahap
Keempat : Pembentukan Batubara Bitumen
Dalam tahap keempat
atau tahap pembentukan batubara bitumen (bituminous coal), kandungan hidrogen
turun dengan menurunnya jumlah oksigen secara perlahan-lahan, tidak secepat
tahap-tahap sebelumnya. Produk sampingan dari tahap ketiga dan keempat ialah
CH4, CO2, dan mungkin H2O.
Ø Tahap
Kelima : Pembentukan Antrasit
Tahap kelima adalah
antrasitisasi. Dalam tahap ini, oksigen hampir konstan, sedangkan hidrogen
turun lebih cepat dibandingkan tahap-tahap sebelumnya. Proses pembentukan
batubara terlihat merupakan serangkaian reaksi kimia. Kecepatan reaksi kimia
ini dapat diatur oleh suhu dan atau tekanan .
Disamping
itu semakin tinggi peringkat batubara, maka kadar karbon akan meningkat,
sedangkan hidrogen dan oksigen akan berkurang. Karena tingkat pembatubaraan
secara umum dapat diasosiasikan dengan mutu atau mutu batubara, maka batubara
dengan tingkat pembatubaraan rendah disebut pula batubara bermutu rendah
seperti lignite dan sub-bituminus biasanya lebih lembut dengan materi yang
rapuh dan berwarna suram seperti tanah, memiliki tingkat kelembaban (moisture)
yang tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga kandungan energinya juga
rendah. Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak,
serta warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan
berkurang sedangkan kadar karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan
energinya juga semakin besar .
Tabel.2.1 Susunan
unsur gambut, lignit, batubara subbitumen, bitumen, dan
antrasit
Karbon
|
Volatile Matter
|
Calorivic Value
|
Moisture
|
|
Gambut
Lignit
Subbitumen
Bitumen
|
60%
60-71%
71-77%
77-87%
|
> 53%
53-49%
49-42%
42-29%
|
16,8 MJ/kg
23,0 MJ/kg
29,3 MJ/kg
36,3 MJ/kg
|
> 75% insitu
35% insitu
25-10% insitu
8% insitu
|
( Muchjidin,
Pengendalian Mutu Dalam Industri Batubara, 2006)
2.
Kandungan
Batubara
Disamping
unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, belerang, dan nitrogen di dalam batubara
ditemukan pula unsur-unsur logam yang berasal dari pengotor batubara, yaitu
lapisan batubara yang tersisip dan terperangkap diantara lapisan batubara.
Secara
kimia, batubara tersusun atas tiga komponen utama, yaitu :
1. air
yang terikat secara fisika, dapat dihilangkan pada suhu sampai 105 0C,
disebut moisture.
2. senyawa
batubara atau coal substance atau coal matter, yaitu senyawa
organik yang terutama terdiri atas atom karbon, hidrogen, oksigen,
sulfur, dan nitrogen.
3. zat
mineral atau mineral matter, yaitu suatu senyawa anorganik.
a) Moisture
Dalam
batubara moisture paling sedikit terdiri atas satu senyawa kimia
tunggal. Wujudnya dapat berbentuk air yang dapat mengalir dengan cepat dari
dalam sampel batubara, senyawa teradsorpsi, atau sebagai senyawa yang terikat
secara kimia.Sebagian moisture merupakan komponen zat mineral yang
tidak terikat pada batubara.
Moisture didefinisikan
sebagai air yang dapat dihilangkan bila batubara dipanaskan sampai 105 0C.
Semua batubara mempunyai pori-pori berupa pipa kapiler. Dalam keadaan alami,
pori-pori ini dipenuhi oleh air. Didalam standar ASTM, air ini
disebut moisture bawaan (inherent moisture). Ketika batubara
ditambang dan diproses, air dapat teradsorpsi pada permukaan kepingan batubara,
dan standar ASTM menyebutnya sebagai moisture permukaan (surface
moisture).
Moisture yang
datang dari luar saat batubara itu ditambang dan diangkut atau terkena hujan
selama penyimpanan disebut free moisture (istilah ini dikemukakan
dalam standar ISO) atau air dry loss (istilah yang digunakan oleh
ASTM). Moisture ini dapat dihilangkan dari batubara dengan cara
dianginkan atau dikering-udarakan. Moisture in air dried sample (ISO)
atau residual moisture (ASTM) ialah moisture yang hanya
dapat dihilangkan bila sampel batubara kering-udara yang berukuran lebih kecil
dari 3 mm (istilahnya batubara ukuran minus 3 mm atau -3 mm) dipanaskan hingga
105 0C. Penjumlahan antara free moisture danresidual
moisture disebut total moisture. Dalam analisis batubara, yang
ditentukan hanya moisture yang terikat secara fisika, sedangkan yang
terikat secara kimia (air hidratasi) tidak ditentukan.
Jenis-jenis moisture yang
biasanya ditentukan dalam analisis batubara adalah :
1) Total
Moisture (TM)
2) Free
Moisture (FM) atau Air Dry Loss (ADL)
3) Residual
Moisture (RM) atau Moisture in air dried sample (MAD)
4) Equilibrium
moisture (EQM) atau Moisture holding capacity (MHC)
5) Moisture
in the analysis sample (dalam analisis proksimat, disingkat Mad).
Total
Moisture (TM), disebut pula sebagai as received
moisture (istilah yang digunakan oleh pembeli batubara) atau as
sampled moisture (istilah yang digunakan oleh penjual batubara),
menunjukkan pengukuran jumlah semua air yang tidak terikat secara kimiawi,
yaitu air yang teradsorpsi pada permukaan, air yang ada dalam kapiler
(pori-pori) batubara, dan air terlarut (dissolved water). Total
Moisture didefinisikan sebagai penjumlahan dari air dry
loss (free moisture) dan residual moisture (misture in air dried
sample).
b) Zat
mineral
Zat
mineral atau mineral matter terdiri atas komponen-komponen yang dapat
dibedakan secara kima dan fisika. Zat mineral terdiri atas ash (abu)
dan zat anorganik yang mudah menguap (inorganic volatile matter). Apabila
batubara dibakar akan terbentuk ash yang terdiri atas berbagai oksida
logam pembentuk batuan, sedangkan zat anorganik yang mudah menguap akan pecah
menjadi gas karbon dioksida (dari karbonat-karbonat), sulfur (dari pirit), dan
air yang menguap dari lempung.
Material
anorganik, yaitu mineral bukan karbonat yang merupakan bagian dari struktur
tumbuhan, adalah zat mineral bawaan di dalam batubara yang persentasenya
relatif kecil. Zat mineral dari luar yang kemungkinana berasal dari debu atau
serpih yang tebawa air atau yang larut dalam air selama pembentukan gambut atau
tahapan selanjutnya dari pembentukan batubara persentasenya lebih besar dan
bervariasi, baik jumlah maupun susunannya.
Mineral
terbanyak di dalam batubara, yaitu kaolin, lempung, pirit, dan kalsit. Semua
mineral itu akan mempertinggi kadar silikon lainnya. Oksida alumunium, besi,
dan kalsium, di dalam ash. Kemudian menyusul berbagai senyawa magnesium,
natrium, kalium, mangan, fosfor, dan sulfur yang didapatkan
dalam ash dengan persentase yang berbeda-beda.
c) Senyawa
batubara
Senyawa
batubara terdiri atas zat organik yang mudah menguap dan fixed carbon. Zat
organik yang mudah menguap kebanyakan tersusun atas (1) gas-gas yang dapat
terbakar seperti hidrogen, karbon monoksida, dan metan, (2) uap yang dapat
mengembun, seperti tar dengan sedikit kandungan gas yang dapat terbakar, dan
(3) uap seperti karbon dioksida dan air, yang terbentuk dari penguraian senyawa
karbon secara termis. Kandungan volatile matter (gabungan zat organik
dan anorganik yang mudah menguap) berkaitan sekali dengan peringkat batubara
dan merupakan parameter yang penting dalam mengklasifikasikan batubara.
Fixed
carbon merupakan residu yang tersisa setelah moisture dan volatile
matter dihilangkan. Senyawa ini yang terdiri atas unsur-unsur karbon,
hidrogen, oksigen, sulfur, dan nitrogen, dapat dibakar.
3.
Macam-macam Jenis dan
Kualitas Batubara Menurut SNI
Klasifikasi
batubara berdasarkan tingkat energinya (SNI 13–6011-1999) dikelompokan menjadi
dua jenis, yaitu Batubara Energi Rendah dan Batubara Energi Tinggi.
Batubara Energi Rendah (Brown Coal) :
Batubara Energi Rendah (Brown Coal) :
Merupakan
jenis batubara yang paling rendah peringkatnya, mudah rapuh, lunak, memiliki
kadar air tinggi ( 10-70 % ), terdiri atas batubara energi rendah lunak (soft
brown coal) dan batubara lignitik yang memperlihatkan struktur kayu. Nilai
kalorinya < 7000 kalori per gram (dalam bentuk dry–ASTM).
Batubara Energi Tinggi (Hard Coal) :
Batubara Energi Tinggi (Hard Coal) :
Semua jenis batubara yang peringkatnya lebih
tinggi dari brown coal, kompak, sulit rapuh, bersifat lebih keras, memiliki
kadar air relatif rendah, umumnya struktur kayu tidak tampak lagi, pada saat
penanganan (coal handling) relatif tahan terhadap kerusakan fisik. Nilai
kalorinya > 7000 kalori per gram (dalam bentuk dry–ASTM).
Pencarian lainnya yang terkait dengan artikel ini adalah : jenis batubara,
jenis jenis batubara, kualitas batubara. Kalori batubara, klasifikasi batubara,
batubara kualitas terbaik.
Jenis dan Kualitas Batubara Menurut ASTM
Klasifikasi batubara oleh
American Society for Testing and Materials (ASTM) digambarkan
oleh tabel berikut :
Dari tabel klasifikasi batubara oleh ASTM diatas, dapat dilihat beberapa
rank dan grup batubara, yaitu :
Rank Anthracitic
Merupakan Rank batubara paling tinggi, merupakan batubara berkualitas
paling baik dimana persentase kandungan fixed carbonnya berkisar 86% - 98%.
Terdiri atas beberapa grup:
Meta – Anthracite ; Merupakan grup batubara pada rank anthracite yang memiliki kualitas paling baik, dimana kandungan fixed carbonnya bisa mencapai >98% serta persentase kandungan volatile matternya <2% (dalam keadaan dry). Anthracite ; Merupakan grup batubara pada rank anthracite yang mengandung persentase fixed carbon >92% - <98% serta persentase kandungan volatile matternya >2% - <8% (dalam keadaan dry). Semi – Anthracite ; Merupakan grup batubara pada rank anthracite yang mengandung persentase fixed carbon >86% - <92% serta persentase kandungan volatile matternya >9% - <14% (dalam keadaan dry).
Meta – Anthracite ; Merupakan grup batubara pada rank anthracite yang memiliki kualitas paling baik, dimana kandungan fixed carbonnya bisa mencapai >98% serta persentase kandungan volatile matternya <2% (dalam keadaan dry). Anthracite ; Merupakan grup batubara pada rank anthracite yang mengandung persentase fixed carbon >92% - <98% serta persentase kandungan volatile matternya >2% - <8% (dalam keadaan dry). Semi – Anthracite ; Merupakan grup batubara pada rank anthracite yang mengandung persentase fixed carbon >86% - <92% serta persentase kandungan volatile matternya >9% - <14% (dalam keadaan dry).
Rank Bituminous
Merupakan Rank batubara yang memiliki persentase fixed carbon sebesar
<69% - <86% serta persentase kandungan volatile matter >32% - <22%.
Terdiri atas beberapa grup :
Low - Volatile Bituminous ; Merupakan grup batubara dalam rank bituminous yang mengandung persentase fixed carbon sebesar >78% - <86% serta persentase kandungan volatile matternya sebesar >14% - <22% (dalam keadaan dry). Medium – Volatile Bituminous ; Merupakan grup batubara dalam rank bituminous yang memiliki kandungan fixed carbon sebesar >69% - <78% serta persentase kandungan volatile matter sebesar >22% - <31% (dalam keadaan dry).
High – Volatile A Bituminous ; Merupakan grup batubara dalam rank bituminous yang memiliki persentase fixed carbon sebesar <69% , persentase kandungan volatile matternya sebesar >31%, serta nilai kalorinya >14000 BTU/lb (dalam keadaan dry). High – Volatile B Bituminous ; Merupakan batubara dalam rank bituminous yang mempunyai nilai kalori sebesar >13000 BTU/lb - <14000 BTU/lb (dalam keadaan dry). High – Volatile C Bituminous ; Merupakan batubara dalam rank bituminous yang mempunyai nilai kalori sebesar >11500 BTU/lb - <13000 BTU/lb (dalam keadaan dry).
Low - Volatile Bituminous ; Merupakan grup batubara dalam rank bituminous yang mengandung persentase fixed carbon sebesar >78% - <86% serta persentase kandungan volatile matternya sebesar >14% - <22% (dalam keadaan dry). Medium – Volatile Bituminous ; Merupakan grup batubara dalam rank bituminous yang memiliki kandungan fixed carbon sebesar >69% - <78% serta persentase kandungan volatile matter sebesar >22% - <31% (dalam keadaan dry).
High – Volatile A Bituminous ; Merupakan grup batubara dalam rank bituminous yang memiliki persentase fixed carbon sebesar <69% , persentase kandungan volatile matternya sebesar >31%, serta nilai kalorinya >14000 BTU/lb (dalam keadaan dry). High – Volatile B Bituminous ; Merupakan batubara dalam rank bituminous yang mempunyai nilai kalori sebesar >13000 BTU/lb - <14000 BTU/lb (dalam keadaan dry). High – Volatile C Bituminous ; Merupakan batubara dalam rank bituminous yang mempunyai nilai kalori sebesar >11500 BTU/lb - <13000 BTU/lb (dalam keadaan dry).
Rank Subbituminous
Merupakan Rank batubara yang mengandung nilai kalori >8300 BTU/lb -
<11500 BTU/lb. Terdiri atas beberapa grup :
Subbituminous A ; Merupakan batubara dalam rank subbituminous yang mempunyai nilai kalori sebesar >10500 BTU/lb - <11500 BTU/lb (dalam keadaan dry). Subbituminous B ; Merupakan batubara dalam rank subbituminous yang mempunyai nilai kalori sebesar >9500 BTU/lb - <10500 BTU/lb (dalam keadaan dry). Subbituminous C ; Merupakan batubara dalam rank subbituminous yang mempunyai nilai kalori sebesar >8300 BTU/lb - <9500 BTU/lb (dalam keadaan dry).
Subbituminous A ; Merupakan batubara dalam rank subbituminous yang mempunyai nilai kalori sebesar >10500 BTU/lb - <11500 BTU/lb (dalam keadaan dry). Subbituminous B ; Merupakan batubara dalam rank subbituminous yang mempunyai nilai kalori sebesar >9500 BTU/lb - <10500 BTU/lb (dalam keadaan dry). Subbituminous C ; Merupakan batubara dalam rank subbituminous yang mempunyai nilai kalori sebesar >8300 BTU/lb - <9500 BTU/lb (dalam keadaan dry).
Rank Lignitic
Merupakan Rank batubara yang paling rendah dan memiliki kualitas rendah
dengan nilai kalori <6300 BTU/lb - <8300 BTU/lb. Terdiri atas beberapa
grup :
Lignite A ; Merupakan grup batubara dalam rank lignitic yang mempunyai nilai kalori sebesar >6300 BTU/lb - <8300 BTU/lb (dalam keadaan dry). Lignite B ; Merupakan grup batubara dalam rank lignitic yang mempunyai nilai kalori <6300 BTU/lb (dalam keadaan dry).
Lignite A ; Merupakan grup batubara dalam rank lignitic yang mempunyai nilai kalori sebesar >6300 BTU/lb - <8300 BTU/lb (dalam keadaan dry). Lignite B ; Merupakan grup batubara dalam rank lignitic yang mempunyai nilai kalori <6300 BTU/lb (dalam keadaan dry).
4.
Kegunaan batubara
Batubara menjadi salah satu sumber energi terbaik yang bisa
didapatkan dengan sumber yang lebih mudah. Selain itu ketersediaan batubara
bersifat panjang dan bertahan dalam waktu lama sehingga mendukung berbagai
macam proyek industri dan juga ekonomi. Berikut ini adalah beberapa manfaat
batubara yang perlu kita ketahui.
1. Sumber Tenaga Pembangkit Listrik
Batubara
menjadi salah satu bahan bakar utama pada pembangkit listrik di beberapa negara
seperti China, India, Australia, Jepang, Jerman dan beberapa negara lain.
Batubara menjadi bahan bakar yang dikonversikan ke dalam bentuk uap panas dan
menjadi sumber tenaga pembangkit listrik. Batubara akan dihancurkan dengan
mesin penggiling dan berubah menjadi bubuk halus kemudian akan dibakar dalam
sebuah mesin dengan sistem ketel uap. Uap akan ditampung dalam sebuah tempat
khusus dan disalurkan ke turbin yang berisi kumparan magnet. Selanjutnya
kumparan magnet yang bergerak cepat akan menghasilkan listrik. Bahkan proses
ini akan diulang sebanyak dua kali sehingga sangat hemat. Tenaga listrik yang
dihasilkan mencapai tegangan sekitar 400 ribu Volt.
2. Industri Produksi Baja
Sebuah
industri yang menghasilkan baja bergantung sepenuhnya pada ketersediaan sumber
batubara. Baja memiliki fungsi yang sangat penting dalam kehidupan kita seperti
berbagai macam perlengkapan industri yang terbuat dari baja, produk kesehatan seperti
perlengkapan kesehatan, peralatan pertanian, model transportasi dan berbagai
macam produk lain yang membutuhkan baja.
Produksi
baja mentah banyak memakai metalurgi batubara dari bahan batubara kokas.
Produksi baja melibatkan karbon dan bahan besi. Karbon diperlukan untuk
memanaskan bahan besi dan mengolahnya menjadi baja. Karbon dari batubara
menghasilkan panas tinggi sehingga mendukung produksi batubara. Seperti
halnya manfaat
tembaga dan manfaat bauksit, pemanfaatan
batu bara pada produksi baja juga akan menimbulkan efek samping.
3. Bahan Bakar Cair
Batubara
ternyata juga bisa dirubah dalam bentuk bahan bakar cair dan sangat efektif
untuk menggantikan bahan bakar minyak. Pada dasarnya pengolahan batubara
menjadi bahan bakar cair akan merubah batubara bubuk atau bongkahan yang di
larutkan dalam suhu tinggi. produk batubara cair dapat dimurnikan dengan proses
ulang dan bisa menghasilkan bahan bakar minyak dengan kualitas yang lebih baik
dari bahan bakar minyak yang didapatkan dari kilang minyak secara langsung.
Negara yang sudah memakai sistem ini adalah Afrika. Afrika bisa mengatasi
kekurangan sumber minyak dengan memanfaatkan batubara.
4. Industri Produksi Semen
Batubara
menjadi salah satu bahan bakar utama dalam produksi semen. Semen merupakan
salah satu material untuk pembuatan produk kontruksi seperti rumah, gedung atau
produk lain. Semen terbuat dari campuran antara kalsium karbonat, oksida besi,
oksida aluminum dan silica. Batubara menjadi bahan bakar untuk mengolah
berbagai bahan mentah tersebut dan merubahnya menjadi semen. Batubara terbukti
bisa menghasilkan suhu tinggi hingga 1500 derajat Celcius.
5. Industri Produk Aluminum
Batubara
menjadi bahan bakar yang mendukung industri aluminum. Bahan ini diperoleh
sebagai hasil sampingan dari proses oksidasi besi pada industri baja. Batubara
mendukung proses pengolahan oksidasi besi yang menghasilkan panas tinggi. Baja
yang dihasilkan dari olahan besi akan dipisahkan sesuai dengan kualitas. Dan
selanjutnya produk yang tidak memiliki syarat baja tertentu akan diolah kembali
menjadi aluminum. Gas dan panas kokas dari batubara bisa memisahkan beberapa
produk baja sehingga bisa mendapatkan produk aluminum yang dipakai untuk
berbagai industri seperti pertanian, peralatan dapur, kontruksi dan berbagai
industri lain.
6. Batubara Menghasilkan Produk Gas
Batubara
yang masih berada dalam tanah ternyata juga bisa menghasilkan gas secara
langsung. Proses ini memakai sebuah teknologi canggih untuk mengambil gas yang
dihasilkan oleh batubara murni. selanjutnya produk gas yang dihasilkan akan
diolah di tempat pertambangan dan bisa menjadi beberapa produl seperti untuk
bahan bakar industri, pembangkit listrik tenaga gas, produk gas hidrogen dan
solar. China, Australia, India, Jepang dan Indonesia menjadi negara yang
menggunakan metode teknologi perubahan gas batubara murni ke beberapa aplikasi
industri.
7. Industri Pabrik Kertas
Batubara
juga menjadi bahan bakar utama untuk menjalankan sebuah industri kertas. Kertas
terbuat dari komponen utama berupa sel serat dari kayu. Sel serat dari kayu
hanya bisa didapatkan dari proses rumit yang mampu memisahkan bagian serat
dengan ukuran tertentu. Batubara menghasilkan panas yang stabil dalam sebuah
mesin pengolahan serat untuk industri bahan baku kertas. Jadi tanpa batubara
mungkin beberapa produk dari kertas tidak akan bisa kita gunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
8. Industri Bahan Kimia
Batubara
yang telah melewati berbagai macam proses bisa menghasilkan industri sampingan
yang ternyata berguna untuk kehidupan manusia. Hasil olahan batubara menjadi
sumber energi bisa menghasilkan produk bubuk batubara yang sangat halus dengan
ukuran skala kecil. Produk sampingan ini bisa digunakan untuk memproduksi
beberapa bahan lain seperti cairan fenol dan benzena. Produk ini penting untuk
beberapa industri kimia.
9. Industri Farmasi
Batubara
ternyata juga memiliki peran yang sangat penting dalam industri farmasi.
Berbagai macam produk kimia yang dihasilkan dari olahan sampingan batubara bisa
menjadi bahan utama dalam produksi obat-obatan. Berbagai macam bentuk bahan
kimia telah melewati proses pemurnian dengan teknologi canggih sehingga bisa
dimanfaatkan menjadi obat-obatan. Industri ini telah melewati berbagai macam
sertifikasi sehingga sangat aman untuk mendukung produks farmasi.
10. Produksi Bahan Metanol
Metanol
merupakan salah satu bahan bakar cair yang sangat penting untuk menggerakkan
berbagai macam industri. Hasil dari metanol sebenarnya didapatkan dari proses
pemurnian batubara yang masih berada dalam tanah menjadi gas. Hasil sampingan
berupa zat cair tertentu kemudian akan dimurnikan kembali hingga mampu membuat
produk metanol.
11. Produksi Naftalen
Naftalen
adalah sejenis bahan kimia cair khusus yang didapatkan dari hasil olahan
batubara. Ini adalah hasil kedua dari pengolahan batubara dalam bentuk
bongkahan. Batubara yang telah dihancurkan akan menghasilkan bahan sampingan
berupa bubuk yang sangat halus. Kemudian bubuk ini akan dimurnikan dengan
proses ulang sehingga bisa menghasilkan produk naftalen.
12. Produksi Fenol
Fenol merupakan
salah satu produk bahan bakar minyak yang didapatkan dari hasil pengolahan
batubara. Fenol dihasilkan dari tar batubara yang berbentuk bubuk halus.
Berbagai macam industri kimia memakai produk fenol untuk menjalankan industri
mereka. Fenol mampu menghemat pemakaian komposisi bahan kimia yang biasanya
didapatkan dari minyak murni. Jadi hasil sampingan olahan batubara sangat
mendukung proses industri fenol dan industri bahan kimia lain.
13. Produksi Benzena
Benzena
menjadi salah satu komponen bahan bakar cair yang sangat penting dalam
menggerakkan transportasi dunia. Benzena didapatkan dari hasil pengolahan ulang
batubara yang bisa menghasilkan bubuk halus. Pengolahan benzena biasanya akan
didaur ulang dari batubara yang didapatkan dari pertambangan atau pembangkit
listrik.
14. Produksi Garam Amoniak
Garam
amoniak dihasilkan dari sebuah industri pengolahan batubara. Uap atau gas yang
dikeluarkan dari oven untuk menampung kokas menghasilkan garam amoniak. Produk
ini penting untuk menjadi bahan khusus dari beberapa industri kimia seperti
pupuk pertanian atau produk bahan kimia lain. Jadi uap pembakaran batubara
sangat berperan untuk menghasilkan produk garam amoniak.
15. Produksi Asam Nitrat
Asam
nitrat menjadi komponen bahan kimia dalam pengolahan produk industri bahan
kimia. Asam nitrat adalah hasil olahan sampingan lain yang didapatkan dari
produk gas oven kokas batubara. Batubara yang melewati proses pembakaran pada
beberapa industri akan menghasilkan bahan kokas batubara. Uang kokas inilah
yang akan dirubah menjadi asam nitrat untuk industri kimia.
16. Produksi Produk Pupuk Pertanian
Produksi
pupuk pertanian selalu membutuhkan gas khusus atau pembakaran khusus dari
batubara. Bahkan beberapa macam produk kimia yang digunakan untuk membuat pupuk
pertanian adalah hasil olahan sampingan dari sisa pembakaran batubara. Berbagai
produk olahan sampingan akan dimurnikan dengan perlengkapan khusus sehingga
bisa membentuk produk atau bahan pembuatan pupuk kimia. Beberapa zat penting
seperti asam nitrat dan garam amoniak.
17. Komponen Bahan Sabun
Pabrik
yang mengolah produk sabun juga membutuhkan bahan khusus yang didapatkan dari
hasil olahan sampingan batubara. Produk ini didapatkan dari hasil sampingan
olahan batubara yang telah melewati proses pembakaran, pemurnian hingga produk
akhir. Proses ini memang tidak secara langsung menghasilkan produk khusus
komponen sabun. Beberapa produk ini juga penting untuk produksi beberapa zat
pelarut dan pengikat aroma pada produk sabun.
18. Komponen Produk Aspirin
Aspirin
menjadi salah satu jenis produk farmasi yang sangat penting dalam dunia medis.
Berbagai jenis obat yang mengandung aspirin mampu meredakan rasa sakit dan
meringankan berbagai keluhan terhadap penyakit. Dalam proses pengolahan aspirin
ternyata memerlukan beberapa komponen yang didapatkan dari hasil pembakaran
batubara. Proses pengolahan produk khusus ini biasanya dilakukan oleh pabrik
bahan kimia dan bukan oleh pabrik farmasi.
19. Produksi Zat Pelarut
Beberapa
jenis zat pelarut memiliki peran yang penting dalam produksi bahan sabun, bahan
kimia dan farmasi. Zat pelarut ternyata juga didapatkan dari proses pengolahan
batubara seperti proses gasifikasi atau pengambilan gas secara langsung dari
sumber batubara. Zat ini didapatkan dari uap khusus yang dihasilkan dalam
proses pengambilan gas. Zat pelarut yang digunakan dalam beberapa industri saat
ini ternyata hanya bisa didapatkan dari proses pengolahan batubara.
20. Produksi Zat Pewarna
Zat
pewarna sintetis yang digunakan oleh beberapa industri seperti garmen, bahan
kimia dan pewarna khusus untuk produk kimia ternyata juga didapatkan dari hasil
pengolahan batubara. Zat pewarna didapatkan dari proses batubara yang telah
digiling hingga menjadi bubuk berukuran kecil. Produk bubuk ini akan diolah
kembali dan dicampur dengan beberapa bahan pembuat warna khusus. Bubuk pewarna
yang digunakan oleh produksi zat pewarna sintetis dan didapatkan dari
pengolahan batubara terbukti memiliki tingkat keamanan dan kualitas yang lebih
tinggi dibandingkan bahan komponen lain.
21. Produksi Plastik
Batubara
memiliki peran yang sangat penting untuk mendukung industri plastik. Batubara
menjadi bahan khusus yang digunakan untuk pembakaran beberapa komponen biji
plastik. Bahan bakar dari batubara memiliki panas khusus sehingga sangat baik
untuk mendukung produk dan kualitas plastik. Beberapa pewarna untuk plastik
juga didapatkan secara langsung dari produk olahan batubara.
22. Produksi Serat ( Bahan Rayon dan Nilon)
Produksi
serat seperti rayon dan nilon memiliki peran yang sangat penting dalam industri
plastik. Batubara menghasilkan panas khusus pada yang bisa mendukung proses pengolahan
biji plastik. Hasil sampingan dari pengolahan ini bisa membentuk serat khusus
yang didapatkan dari limbah plastik. Selanjutnya serat akan diolah menjadi
rayon dan nilon yang banyak digunakan dalam industri produk kemasan plastik.
23. Produksi Karbon Aktif
Karbon
aktif merupakan produk yang didapatkan dari sisa hasil pembakaran batubara
dalam industri pembangkit listrik, produk pembakaran untuk menjalankan industri
dan sisa bahan bakar batubara. Karbon aktif yang dihasilkan dalam pengolahan
ini berguna untuk mendukung sistem kerja filter yang digunakan pada mesin
pengolah kualitas udara dan juga mesin untuk cuci darah.
24. Produksi Bahan Pengeras
Produksi
bahan pengeras seperti jenis baja ringan dan aluminum dihasilkan dari
pembakaran baja oleh tenaga batubara. Panas yang dihasilkan oleh batubara mampu
membuat produk baja akan terpisah sesuai dengan kualitas kekerasan. Setelah itu
hasil sampingan dari bahan baja akan diolah dengan batubara untuk menghasilkan
baja ringan dan aluminum. Sehingga produk pengeras ini berperan penting untuk
industri kontruksi alat transportasi dan olahraga lain.
25. Produksi Logam Silikon
Pernahkah
Anda mendengar logam silikon. Logam silikon merupakan salah satu hasil
sampingan dari pengolahan baja oleh batubara. Produk ini bisa menghasilkan
beberapa jenis komponen yang berperan untuk mendukung industri produksi bahan
bakar cair seperti pelumas mesin, resin dan berbagai macam produk kosmetik.
Proses pengolahan silikon untuk membuat produk tertentu harus diolah dengan proses
pemurnian sehingga tidak bisa digunakan secara langsung.
26. Batubara Mendukung Ekonomi Negara
Negara
yang memiliki sumber melimpah batubara akan menerima keuntungan dan berpotensi
untuk meningkatkan nilai ekonomi. Batubara bisa menjadi komoditi ekspor untuk
negara yang tidak memiliki sumber batubara. Secara umum hasil dari kerjasama
batubara bisa meningkatkan penghasilan negara melalui penerimaan pajak dan
biaya pengiriman. Sehingga batubara akan meningkatkan kerjasama antarnegara dan
mendukung proses regenerasi bahan bakar minyak dunia.
27. Batubara Meningkatkan Ekonomi Rakyat
Batubara
membutuhkan proses pengolahan yang sangat panjang dengan rantai produksi
khusus. Dengan cara ini batubara akan membutuhkan tenaga kerja dari berbagai
bidang ilmu. Jadi, batubara akan meningkatkan penghasilan masyarakat karena
bisa mendukung menciptakan lapangan kerja dan beberapa pendukung ekonomi lain.
28. Batubara Membuka Daerah Terisolasi
Penemuan
batubara biasanya didapatkan di kawasan yang masih tertutup. Kawasan ini memang
memiliki penduduk yang tinggal di tempat tersebut. Pengolahan batubara bisa
mendukung pembukaan wilayah terisolasi sehingga meningkatkan kehidupan
masyarakat di sekitarnya. Sebuah pertambangan di kawasan pedalaman akan
mendukung pembukaan wilayah dengan beberapa dukungan seperti jalan raya,
fasilitas transportasi, fasilitas kesehatan dan berbagai fasilitas lain
BAB IV
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Dari Pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa Ada 2 teori yang menerangkan terjadinya batubara yaitu :
Teori In-situ : Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang
berasal dari hutan dimana batubara tersebut terbentuk. Batubara yang terbentuk
sesuai dengan teori in-situ biasanya terjadi di hutan basah dan berawa,
sehingga pohon-pohon di hutan tersebut pada saat mati dan roboh, langsung
tenggelam ke dalam rawa tersebut, dan sisa tumbuhan tersebut tidak mengalami
pembusukan secara sempurna, dan akhirnya menjadi fosil tumbuhan yang membentuk
sedimen organik.
Teori Drift : Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang
berasal dari hutan yang bukan di tempat dimana batubara tersebut
terbentuk. Batubara yang terbentuk sesuai dengan teori drift biasanya
terjadi di delta-delta, mempunyai ciri-ciri lapisan batubara tipis, tidak
menerus (splitting), banyak lapisannya (multiple seam), banyak pengotor
(kandungan abu cenderung tinggi). Proses pembentukan batubara terdiri dari
dua tahap yaitu tahap biokimia (penggambutan) dan tahap geokimia
(pembatubaraan).
Berikut ini ditunjukkan tahapan pembatubaraan :
Ø Tahap
Pertama : Pembentukan gambut
Iklim bumi selama zaman
batubara adalah tropis dan berjenis-jenis tumbuh-tumbuhan subur di daerah rawa
membentuk suatu hutan tropis. Setelah banyak tumbuhan yang mati dan menumpuk di
atas tanah, tumpukan itu semakin lama semakin tebal menyebabkan bagian dasar
dari rawa turun secara perlahan-lahan dan material tetumbuhan tersebut
diuraikan oleh bakteri dan jamur. Tahap ini merupakn tahap awal dari rangkaian
pembentukan batubara yang ditandai oleh reaksi biokimia yang luas. Selama
proses penguraian tersebut, protein, kanji, dan selulosa mengalami penguraian
lebih cepat bila dibandingkan dengan penguraian material kayu (lignin) dan
bagian tetumbuhan yang berlilin (kulit ari daun, dinding spora, dan tepung
sari). Karena itulah dalam batubara yang muda masih terdapat ranting, daun,
spora, bijih, dan resin, sebagai sisa tumbuhan. Bagian-bagian tumbuhan itu
terurai di bawah kondisi aerob menjadi karbon dioksida, air dan amoniak, serta
dipengaruhi oleh iklim. Proses ini disebut proses pembentukan humus dan
sebagai hasilnya adalah gambut.
Ø Tahap
Kedua : Pembentukan lignit
Proses terbentuknya
gambut berlangsung tanpa menutupi endapan gambut tersebut. Di bawah kondisi
yang asam, dengan di bebaskannya H2O, CH4, dan sedikit CO2. Terbentuklah
material dengan rumus C65H4O30 yang pada keadaan kering akan mengandung
karbon 61,7%, hidrogen 0,3% dan oksigen 38%.
Dengan berubahnya
topograpi daerah di sekelilingnya, gambut menjadi terkubur di bawah lapisan
lanau (silt ) dan pasir yang diendapkan oleh sungai dan rawa. Semakin
dalam terkubur, semakin bertambah timbunan sedimen yang menghimpitnya.
Sehingga tekanan pada lapisan gambut bertambah serta suhu naik dengan jelas.
Tahap ini merupakan
tahap kedua dari proses penbentukan batubara atau yang disebut
Tahap metamorfik.
Penutupan rawa gambut
memberikan kesempatan pada bakteri untuk aktif dan penguraian dalam kondisi
basa menyebabkan dibebaskannya CO2, sehingga kandungan hidrogen dan karbon
bertambah. Tahap kedua dari proses pembentukan batubara ini adalah tahap
pembentukan lignit, yaitu batubara rank rendah yang mempunyai rumus
perkiraan C79H5,5O14,1. dalam keadaan kering, lignit mengandung karbon 80,4%,
hidrogen 0,5%, dan oksigen 19,1%.
Ø Tahap
Ketiga : Pembentukan Batubara Subbitumen
Tahap selanjutnya dari
proses pembentukan batubara ialah pengubahan batubara
bitumen rank rendah menjadi batubara
bitumen rank pertengahan dan rank tinggi. Selama tahap ketiga,
kandungan hidrogen akan tetap konstan dan oksigen turun. Tahap ini merupakan
tahap pembentukan batubara subbitumen (sub-bituminous coal).
Ø Tahap
Keempat : Pembentukan Batubara Bitumen
Dalam tahap keempat
atau tahap pembentukan batubara bitumen (bituminous coal), kandungan hidrogen
turun dengan menurunnya jumlah oksigen secara perlahan-lahan, tidak secepat
tahap-tahap sebelumnya. Produk sampingan dari tahap ketiga dan keempat ialah
CH4, CO2, dan mungkin H2O.
Ø Tahap
Kelima : Pembentukan Antrasit
Tahap kelima adalah
antrasitisasi. Dalam tahap ini, oksigen hampir konstan, sedangkan hidrogen turun
lebih cepat dibandingkan tahap-tahap sebelumnya. Proses pembentukan batubara
terlihat merupakan serangkaian reaksi kimia. Kecepatan reaksi kimia ini dapat
diatur oleh suhu dan atau tekanan
Jenis-jenis moisture yang
biasanya ditentukan dalam analisis batubara adalah :
1) Total
Moisture (TM)
2) Free
Moisture (FM) atau Air Dry Loss (ADL)
3) Residual
Moisture (RM) atau Moisture in air dried sample (MAD)
4) Equilibrium
moisture (EQM) atau Moisture holding capacity (MHC)
5) Moisture
in the analysis sample (dalam analisis proksimat, disingkat Mad).
Secara
kimia, batubara tersusun atas tiga komponen utama, yaitu :
1. air
yang terikat secara fisika, dapat dihilangkan pada suhu sampai 105 0C,
disebut moisture.
2. senyawa
batubara atau coal substance atau coal matter, yaitu senyawa
organik yang terutama terdiri atas atom karbon, hidrogen, oksigen,
sulfur, dan nitrogen.
3. zat
mineral atau mineral matter, yaitu suatu senyawa anorganik.
Batubara menjadi salah satu sumber energi terbaik yang bisa
didapatkan dengan sumber yang lebih mudah. Selain itu ketersediaan batubara
bersifat panjang dan bertahan dalam waktu lama sehingga mendukung berbagai
macam proyek industri dan juga ekonomi. Berikut ini adalah beberapa manfaat
batubara yang perlu kita ketahui.
1. Sumber Tenaga Pembangkit Listrik
2. Industri Produksi Baja
3. Bahan Bakar Cair
4. Industri Produksi Semen
5. Industri Produk Aluminum
6. Batubara Menghasilkan Produk Gas
7. Industri Pabrik Kertas
8. Industri Bahan Kimia
9. Industri Farmasi
10. Produksi Bahan Metanol
11. Produksi Naftalen
12. Produksi Fenol
13. Produksi Benzena
14. Produksi Garam Amoniak
15. Produksi Asam Nitrat
16. Produksi Produk Pupuk Pertanian
17. Komponen Bahan Sabun
18. Komponen Produk Aspirin
19. Produksi Zat Pelarut
20. Produksi Zat Pewarna
21. Produksi Plastik
22. Produksi Serat ( Bahan Rayon dan Nilon)
23. Produksi Karbon Aktif
24. Produksi Bahan Pengeras.
25. Produksi Logam Silikon
26. Batubara Mendukung Ekonomi Negara
27. Batubara Meningkatkan Ekonomi Rakyat
28. Batubara Membuka Daerah Terisolasi
DAFTAR PUSTAKA :
Komentar
Posting Komentar